Sistem Mulsa Alternatif untuk Tingkatkan Produktivitas Padi

(Wates, 13 April 2020) Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kulon Progo dan Kepala BPTP Yogyakarta bersama dengan peneliti BPTP Yogyakarta, UPT Penyuluhan Pertanian, BPP Wates dan Kelompok Tani Tunas Muda Bendungan Kapanewon Wates Kabupaten Kulon Progo pada hari Senin 13 April 2020 melaksakan kegiatan Panen Padi Sistem Mulsa.. Areal seluas 4.500 M2 sebagai lahan percontohan yang dilakukan oleh Kelompok Tunas Muda Bendungan yang dikerjakan oleh Ngadirin

Teknik ini biasanya dikenal dengan sebutan kemul sawah atau menyelimuti sawah. Teknik ini digunakan dengan menutupi sawah menggunakan plastik  yang dilubangi untuk menanam padi. Jarak tanam padi 40 x 40 cm dan jarak tanam 20 x 20 cm dengan legowo 4:.1 dengan legowo 50 cm.Lahan yang ditanami padi tersebut menggunakan sisa mulsa yang digunakan dalam budidaya cabe pada musim sebelumnya.

Menurut Ngadirin, keuntungan dari teknik budidaya padi dengan sistem mulsa adalah menghemat dalam penanaman yang biasanya dilakukan oleh 8 orang dapat dihemat menjadi 4 orang, tanpa olah tanah sehingga juga menghemat biaya, tidak tergantung pada traktor, hemat dalam penyiangan dan waktu pemupukan dan perawatan, hemat pupuk karena tidak ada penguapan karena biasanya 60-70 persen menguap, hemat air karena tidak ada penguapan.

Benih yang dipakai dalam uji coba ini adalah Varietas Mapan 05. Padi mulai ditanam pada tanggal 14 Januari 2020 dan dipanen pada tanggal 13 April 2020. Hasilnya sangat baik yaitu  jika dikonversi menjadi 9,008 untuk yang jarak tanam 40 x 40 cm, sedangkan yang jarak tanam 20 x 20 cm menghasilkan 9,92 ton/ha. Padahal untuk teknik konvensional biasanya hanya menghasilkan 7-8 ton per hektar. Ngadirin menambahkan bahwa baru kali ini selama 20 tahun berbudidaya padi mendapatkan hasil padi paling baik. Dan ia akan terus berinovasi dengan akan menanam kembali dengan mulsa dengan variasi yaitu disinggangkan(salibu) dan tanam sistim mulsa seperti MT I kemarin.

Apresiasi pantas di berikan kepada Pemerintah dalam menghadapi panen raya kali ini  yaitu adanya gerakan menjaga harga aman melalui Komando Strategi Penggilingan Padi (Kostraling). Kementerian Pertanian menggandeng penggilingan-penggilingan kecil untuk membantu menyerap gabah dari petani yang modalnya dari lembaga keuangan seperti KUR. Pemerintah sudah selangkah lebih maju memikirkan supaya harga tidak bergejolak dan menghidupkan kembali penggilingan skala kecil supaya lebih berdaya serta perlunya dijaga agar tidak ada hambatan di produksi beras di penggilingan padi dan distribusi antar wilayah.

Pemeritah juga melakukan langkah positif antisipatif dengan turun tangan dengan melakukan serap gabah petani, kerjasama dengan penggilingan dan bahkan kerjasama dengan Gojeg untuk layanan antar bahan pangan. Itulah langkah inovatif dan strategis terutama untuk meyakinkan rakyat bahwa meskipun dalam kondisi yang terbatas akibat wabah corona akan terus diupayakan solusinya.Diharapkan dipuncak panen ini harga ditingkat petani akan stabil dan tidak sampai dibawah HPP sehingga jangan sampai harga yang diterima  dibawah biaya produksi petani. Untuk itulah pertanian tidak boleh terhenti terutama untuk melawan Pandemi Covid-19 dan saatnya petani menjadi pahlawan untuk menyelamatkan bagsa Indonesia serta memastikan jangan sampai ada pangan yang tertahan seperti yang dikatakan oleh Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo.(sumber: Martono, S.IP, S.TP, MM)