Kearifan Lokal Budidaya Tanaman di Sawah Surjan
- oleh admindipertahut
- 00 0000 00:00:00
- 17159 views
(Kelompok Tani Eko Martani, Jetis, Sogan, Wates, Kulon Progo)
Apa itu sawah surjan?
Istilah sawah surjan mengacu pada morfologi dari lahan sawah yang jika dilihat dari atas tampak bergaris-garis seperti baju surjan yang biasa dipakai orang Jawa tempo dulu. Garis-garis tersebut terbentuk dari alur-alur tinggi dan rendah. Alur yang rendah atau bagian bawah yang bersifat akuatik ditanami padi, sedangkan bagian alur yang tinggi atau guludan yang bersifat kering ditanami palawija. Sistem ini merupakan bentuk adaptasi masyarakat petani di Kulon Progo terhadap topografi rendah dan mudah tergenang air.
Nilai-nilai kearifan lingkungan dalam pengelolaan sawah surjan
1. Pengolahan tanah dengan membuat guludan beralur
Yang dimaksud dengan pengolahan tanah adalah setiap manipulasi mekanik terhadap tanah yang diperlukan untuk menciptakan keadaan tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman. Tujuan pokok pengolahan tanah adalah penyiapan tempat tumbuh bagi bibit, menciptakan daerah perakaran yang baik, membenamkan sisa-sisa tanaman, dan memberantas gulma. Pembuatan guludan, yaitu tumpukan tanah yang dibuat memanjang menurut arah garis kontur, bertujuan untuk mengatur drainase. Pembuatan guludan untuk sistem drainase dibuat dengan menumpukkan tanah pada suatu jalur memanjang searah lereng, sehingga terbentuk di kiri kanan tumpukan tersebut saluran-saluran pembuangan air. Tinggi guludan dibuat sekitar 45-60 cm dari dasar saluran, dengan lebar berkisar antara 7-28 meter. Pembuatan saluran drainase dengan pembuatan guludan ini merupakan adaptasi petani terhadap kondisi lahan yang berlereng kurang dari satu persen dan permeabilitas tanah rendah.
2. Pola tanam polikultur
Petani sawah surjan menerapkan pola tanam polikultur dengan menanam beberapa jenis tanaman budidaya, yaitu tanaman padi pada alur bawah, dan tanaman palawija pada alur atas atau guludan. Tanaman palawija yang ditanam bisa beberapa macam, antara lain cabai, bawang merah, terong, tomat, atau tanaman palawija lainnya. Dari hasil penelitian yang membandingkan antara ekosistem sawah surjan dan sawah lembaran (sawah pada umumnya) menunjukkan bahwa sawah surjan lebih tahan terhadap ledakan populasi hama kepinding tanah daripada sawah lembaran. Adanya modifikasi habitat dengan adanya alur (habitat akuatik) dan guludan (habitat terestrial/darat) menyebabkan lebih banyak komponen hayati yang saling berinteraksi sehingga ekosistem berjalan lebih stabil dan lebih tahan terhadap ledakan populasi jenis hama tertentu.